The Hummingbird #11

The Hummingbird Epilog   Orang bilang lebih mudah menikah daripada bercerai, lebih mudah mengatakan cinta daripada memutuskan tali asmara, dan semua itu benar adanya. Aku sangat setuju, tapi entah kenapa, aku tidak begitu suka ketika orang-orang mengatakan kalimat itu. Aku hanya tidak suka mereka berujar seperti itu. Ironisnya, aku justru menyukai sederet makna dibalik kalimat … Lanjutkan membaca The Hummingbird #11

The Hummingbird #10

The Hummingbird Bagian Kesepuluh   Petang telah merambah. Kumandang adzan telah bergema beberapa saat yang lalu. Suara orang yang berlalu lalang seakan menepis kenyataan bahwa kota ini adalah kota mati. Begitu kebanyakan orang-orang menyebutnya. Bersahut-sahut membalas angin yang begitu dingin. Bertumpang tindih diantara bangunan-bangunan yang diam membisu seolah tiada memiliki sukma. Menyapa lembut dalam kepedihan … Lanjutkan membaca The Hummingbird #10

The Hummingbird #9

The Hummingbird Bagian Kesembilan   Seminggu setelah pertemuan terakhir kami, Tania kembali memasuki kedai ini lagi. Ia memesan secangkir Cappuccino. Bersama senja ia datang, dan bersabar dalam titian malam selama menungguku. Dalam temaram aku jadi suka melihat matanya. Bola mata itu selalu mengingatkanku pada langit malam yang dipenuhi sejuta lima kunang-kunang. Menatap matanya menjadi kehangatan … Lanjutkan membaca The Hummingbird #9

The Hummingbird #8

The Hummingbird Bagian Kedelapan   Sesaat pertemuanku dengan Tania membuka pemahaman baruku tentang wanita dan air mata. Dari sepenggal ceritanya, aku jadi tahu satu hal, Tania telah bercerai dengan suaminya. Semenjak perceraian itu terjadi, tak lagi ditemukannya sempurna dalam rumah tangganya. Kisah perceraiannya menggenapi sederet peristiwa sebelumnya, menyempurnakannya dalam satu rumus kesedihan yang tak terelakkan. … Lanjutkan membaca The Hummingbird #8

The Hummingbird #7

The Hummingbird Bagian Ketujuh   Senja menggelora di ufuk cakrawala. Warna jingga di kaki langit bagian barat kian merona. Satu per satu lampu mulai dinyalakan. Desir angin yang berdisik diantara bangunan kuno itu semakin mencekam. Jalanan yang lengang seolah tahu betapa tidak seharusnya kesepian menjadi penguasa saat senja mulai datang. Kota ini begitu senyap, sunyi … Lanjutkan membaca The Hummingbird #7

The Hummingbird #6

The Hummingbird Bagian Keenam Waktu terus berselang. Untuk sejenak kegerakkan jari-jariku menyusun dan merangkai kata dari sejuta lima diksi yang kumiliki. Aku sungguh bingung mau mulai dari mana hingga Tania kembali muncul di depanku, di kedai butut ini, tempat para pemuja malam menghunus Sang Sepi. Ia terlihat menawan hari ini. Tubuhnya beraroma wangi chamomile dan … Lanjutkan membaca The Hummingbird #6

The Hummingbird #5

The Hummingbird Bagian Kelima   Tania, sebuah nama yang tiba-tiba menjadi istimewa. Setelah tuturan ceritanya, entah kenapa aku menjadi hanyut dalam kisahnya. Sepenggal hidup yang rapi tersembunyi diantara sejuta lima tawa dan cerianya. Namun tidak di sudut matanya. Tatapan itu tak bisa menipu. Tatapan itu menyimpan sesuatu. Ruang-ruang waktu telah memberi kami jeda dalam diam … Lanjutkan membaca The Hummingbird #5

The Hummingbird #4

The Hummingbird Bagian Keempat   Perempuan itu bernama Tania. Walau kami lama tak bersua, apalagi berbincang bagai kawan lama, namun sejenak reuni kecil kami beberapa waktu lalu sungguh menggugah segalanya. Bagiku sendiri, mata sayu Tania lebih banyak bercerita dibanding yang lainnya. Malam itu ia duduk di meja tengah, tepat di bawah satu-satunya temaram lampu di … Lanjutkan membaca The Hummingbird #4

The Hummingbird #3

The Hummingbird Bagian Ketiga   Langit warna-warni berlalu begitu saja. Dari waktu ke waktu selalu saja begitu. Kupetik sehelai awan pagi ini. Lembayung warnanya. Dan setiap burung yang melintasi pagi yang sama, tiba-tiba warnanya jadi lembayung. Hujan turun pun berubah lembayung. Kusaksikan segenap alam yang mengepungku disesaki bayang-bayang lembayung. Perempuan berparas molek dalam usia yang … Lanjutkan membaca The Hummingbird #3

The Hummingbird #2

The Hummingbird Bagian Kedua   Detik berikutnya, ketika sayup-sayup kudengar sesegukan isak tangisnya, benakku seperti terhisap melewati sebuah lorong panjang yang berkelak-kelok. Banyak kutemukan jejak luka jiwa yang dalam dan masih segar menganga. Kelopak matanya sembab menahan butiran air mata. Aku hanya berdiam, tak ingin mencari tahu sebabnya. Kucoba untuk menghormati alasannya menangis, di antara … Lanjutkan membaca The Hummingbird #2